"Hidup tak selalunya indah, Langit tak selalunya cerah"
"Kita hanya merancang,Tuhan yang menentukan"
“Tatkala kita di bawah yakinlah kita pasti akan berada di atas, dan tatkala kita berada di atas yakinlah kita tak selamanya di situ.”
Pada suatu senja yang
lengang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-hayung. Pakaianya yang
serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam.
Kerudungnya menutup hampir
seluruh wajahnya tanpa hias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit
yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat
menghapus kesan kepedihan yang telah meroyak hidupnya.
Ia melangkah terseret-seret
mendekati kediaman Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu perlahan-lahan sambil
memberi salam.
Maka terdengarlah ucapan
dari dalam,
"Silakan masuk"
Perempuan cantik itu lalu
berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya
berderai tatkala ia berkata,
"Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan
mengampuni dosa keji saya."
"Apakah dosamu wahai
wanita ayu?" tanya Nabi Musa a.s. terkejut.
"Saya takut
mengatakannya."jawab wanita cantik..
"Katakanlah jangan
ragu-ragu!" desak Nabi Musa.
Maka perempuan itupun
terpatah bercerita, "Saya... telah berzina".
Kepala Nabi Musa
terangkat,hatinya tersentak.
Perempuan itu meneruskan,
"Dari perzinaan itu saya pun... hamil. Setelah anak itu lahir,langsung
saya... cekik lehernya sampai... mati," ucap wanita itu seraya menangis
sejadi-jadinya.
Nabi Musa berapi-api
matanya. Dengan muka berang ia mengherdik,
"Perempuan bejad, pergi kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke
dalam rumahku kerana perbuatanmu. Pergi!"...teriak Nabi Musa sambil
memalingkan mata kerana jijik.
Perempuan berwajah ayu
dengan hati bagaikan kaca membentur batu hancur luluh segera bangkit dan
melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa..
Ratap tangisnya amat
memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu.. Bahkan ia tak tahu
mahu dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya,
bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar
dosanya, betapa jahat perbuatannya.
Ia tidak tahu bahwa
sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin
Jibril lalu bertanya,
"Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya?
Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?"
Nabi Musa terperanjat.
"Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh
itu?"
Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.
"Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista
itu?"
"! Ada!" jawab
Jibril dengan tegas.
"Dosa apakah
itu?" tanya Nabi Musa.
"Orang yang
meninggalkan solat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih
besar dari pada seribu kali berzina".
Mendengar penjelasan ini
Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia
mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk
perempuan tersebut. Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sembahyang
dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa
sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Bererti ia seakan-akan
menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan
tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.
Sedang orang yang bertaubat
dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh bererti masih mempunyai iman di
dadanya dan yakin bahwa Allah itu ada, di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah
sebabnya Tuhan pasti mahu menerima kedatangannya.
Demikianlah kisah Nabi Musa
dan wanita pezina dan dua hadis Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita
dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban solat dengan istiqomah.